Literature Riview 20 Jurnal


SEMIOTIKA TANDA PADA KARYA SENI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL




Tinarbuko, S
Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSR-ISI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia 
Ketua LSK Deskomvis, FSR-ISI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia



ABSTRAK


Artikel ini membahas mengenai pendekatan semiotika sebagai metode analisis tanda pada karya desain komunikasi visual. Desain komunikasi visual memiliki tanda berbentuk verbal dan visual yang berfungsi dalam sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan. Oleh karena itu, pendekatan semiotika dapat diterapkan sebagai metode analisis tanda pada karya desain komunikasi visual. Artikel ini juga menjelaskan teori-teori semiotika dari para ahli seperti Saussure, Pierce, Barthes, dan menganalisis unsur-unsur tanda seperti ikon, indeks, dan simbol. Selain itu, artikel ini juga membahas tipe-tipe kode seperti kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kebudayaan. Dengan demikian, pendekatan semiotika dapat memberikan kerangka teori untuk mengupas makna tersirat dalam karya desain komunikasi visual.

Keywords: semiotika,analisis tanda, desain komunikasi visual





PENDAHULUAN


Komunikasi telah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak awal peradaban. Komunikasi tidak hanya terjadi secara lisan melalui bahasa, tetapi juga menggunakan unsur visual. Komunikasi visual seringkali disertai dengan suara untuk menyampaikan pesan secara efektif. Sebagai bentuk komunikasi, desain komunikasi visual memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan dari suatu lembaga atau kelompok kepada audiens sasarannya (Pirous, dikutip Sumbo Tinarbuko).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendesain komunikasi visual perlu memahami pesan, karakteristik audiens, serta memilih bahasa visual dan gaya yang tepat untuk disampaikan secara jelas, mudah dipahami, dan membuat kesan pada audiens (Sumbo Tinarbuko). Komunikasi visual telah berkembang pesat di berbagai sektor kegiatan manusia melalui penggunaan lambang dan simbol visual seperti gambar, sistem tanda, identitas korporat, hingga presentasi produk.

Gambar merupakan salah satu bentuk bahasa visual yang memuat struktur rupa seperti garis, warna, dan komposisi. Gambar berfungsi sebagai lambang visual untuk memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal. Oleh karena karakteristiknya yang khas dan dapat menimbulkan efek tertentu, gambar kerap sulit disampaikan secara lisan (Sumbo Tinarbuko).
LITERARTURE REVIEW

Definisi Semiologi
Semiologi dijelaskan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda berfungsi untuk menyampaikan informasi sehingga bersifat komunikatif.

Cakupan dan Perkembangan Ilmu Semiologi
Awalnya berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang desain dan seni rupa. Hal ini membuktikan luasnya cakupan ilmu ini.

Unsur-unsur Tanda
Menurut teori Saussure, tanda terdiri dari penanda dan petanda. Sedangkan menurut teori Pierce ada tiga jenis tanda: ikon, indeks, dan simbol.

Fungsi Tanda dalam Komunikasi
Tanda berfungsi untuk menyampaikan informasi dan menggantikan sesuatu sehingga bersifat komunikatif. Manusia selalu mencari arti atau makna dari segala sesuatu yang ada.

Penerapan Semiologi dalam Desain
Dengan luasnya cakupan semiologi, maka pendekatan ini dapat diterapkan untuk menganalisis karya desain komunikasi visual.

Semiotika struktural mengikuti model semiotik Saussure dengan membedakan antara signifier (bentuk/penanda) dan signified (makna/petanda). Hubungan antara keduanya dianggap relatif stabil dan abadi. Strukturalisme bertujuan menemukan kode, aturan, dan sistem yang mendasari semua praktik sosial dan kebudayaan manusia. Mencari lapisan geologis atau rencana dasar di bawah permukaan fenomena. Posmodernisme menolak konsep referensi formalisme dan modernisme. Menggunakan konsep intertekstualitas Julia Kristeva yang melihat teks sebagai permainan kutipan dari teks-teks sebelumnya. Posmodernisme melihat ruang 'pasca sejarah' dimana berbagai kutipan dari berbagai ruang, waktu, dan budaya saling berdialog dalam suatu teks. Teks hanya dapat eksis jika berdialog dengan teks-teks lain. Perbedaan utama antara strukturalisme dan posmodernisme adalah pandangan hubungan antara signifier dan signified (strukturalisme menganggapnya stabil sedangkan posmodernisme menolak konsep referensi). 

Hubungan antara citra iklan dan pemilihan merek (brand choice) sudah banyak dibahas
dalam penelitian-penelitian terdahulu. Berikut beberapa kajian terdahulu mengenai hal
tersebut:

Penelitian Schlossberg (1990) menguji pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen
dengan menggunakan variabel mediasi citra iklan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
citra iklan berperan sebagai mediasi antara citra merek dengan minat beli. Artinya citra
iklan mampu memediasi pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mittal (1994). Ia menguji model yang
menghubungkan citra merek, citra iklan, dan sikap terhadap merek. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa citra iklan berperan sebagai mediasi antara citra merek dengan sikap
terhadap merek.




METODE

Analisis tanda dengan pendekatan semiotika struktural
Semiotika struktural menganalisis hubungan antara penanda dan petanda dalam karya desain komunikasi visual. Analisis akan mengidentifikasi unsur-unsur bentuk sebagai penanda, dan memberikan makna atau petanda dari masing-masing unsur tersebut. Hubungan antara penanda dan petanda diharapkan stabil dan abadi.

Klasifikasi tanda menjadi ikon, indeks, dan simbol
Setiap unsur visual dalam karya akan diklasifikasikan sebagai ikon, indeks, atau simbol. Ikon memiliki kemiripan bentuk, indeks memiliki hubungan sebab akibat, sedangkan simbol bersifat konvensional atau berdasarkan persetujuan.

Analisis kode-kode dalam karya
Terdapat lima kode yaitu kode hermeneutik, semantik, simbolik, narasi, dan budaya. Analisis akan mengungkap kode-kode apa saja yang terkandung dalam karya terkait teka-teki, konotasi, simbolisme, urutan cerita, maupun nilai-nilai budaya.

Perbedaan makna denotatif dan konotatif
Memisahkan makna harfiah (denotatif) dari makna implisit, sugestif, atau konotatif yang terkandung dalam karya.

Penerapan konsep intertekstualitas
Mengungkap hubungan karya dengan teks-teks sebelumnya melalui kutipan atau dialog antar teks yang terjalin dalam karya.



HASIL PEMBAHASAN 

Jurnal ini membahas mengenai pendekatan semiotika sebagai metode analisis tanda untuk mengupas karya desain komunikasi visual. Penulis memulai dengan menjelaskan pentingnya komunikasi sejak awal keberadaan manusia, dimana komunikasi visual memainkan peran penting selain kata-kata. Komunikasi visual dapat berbentuk gambar, simbol, identity korporat, hingga display produk.

Gambar sebagai salah satu bentuk bahasa visual mengandung struktur rupa seperti garis, warna, dan komposisi. Banyak karya rancang grafis dan desain komunikasi visual memanfaatkan gambar sebagai lambang visual pesan. Penggunaan lambang visual berangkat dari karakteristik bahasa visual yang khas dan istimewa dalam menimbulkan efek tertentu.

Semiotika dibahas sebagai ilmu tanda yang mempelajari tanda yang menyampaikan informasi sehingga bersifat komunikatif. Ada tiga jenis tanda menurut Pierce yaitu ikon, indeks, dan simbol. Kemudian penulis membahas teori-teori pemikir semiotika seperti Saussure, Barthes, hingga perbedaan makna denotatif dan konotatif.

Penulis juga membahas kode-kode yang berlaku dalam sebuah teks seperti kode bahasa, kode hermeneutik, semantik, simbolik, narasi, dan budaya. Selanjutnya, dibahas perbedaan pendekatan semiotika struktural dan posmodernisme dalam analisis tanda. Analisis semiotika dianggap dapat diterapkan untuk mengupas karya desain komunikasi visual sesuai konteks.


DIKSUSI

Pendekatan semiotika sangat relevan untuk diaplikasikan dalam menganalisis karya desain komunikasi visual. Hal ini disebabkan karya desain memiliki dua unsur penting yaitu unsur verbal berupa teks dan unsur visual berupa gambar atau ilustrasi. Kedua unsur ini mengandung tanda yang dapat diinterpretasikan maknanya. Menurut Sumbo Tinarbuko dalam jurnal tersebut, karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, yang merujuk bahwa teks dan penyajian visualnya juga mengandung ikon untuk mendukung pesan kebahasaan. Oleh karena itu, pendekatan semiotika sebagai metode analisis tanda sangat relevan untuk mengupas karya desain komunikasi visual.

Dalam semiotika, terdapat tiga jenis tanda menurut Pierce yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ketiga jenis tanda ini seringkali hadir dalam karya desain komunikasi visual. Misalnya gambar yang bersifat ikonik karena mirip dengan objeknya, jejak yang bersifat indeks karena hubungan sebab akibat, atau lambang yang bersifat simbol karena konvensi. Kehadiran ketiga jenis tanda ini dapat menambah dimensi makna yang tersirat dalam karya desain.

Menurut Barthes terdapat lima kode yang melatari sebuah teks, yaitu kode hermeneutik, semantik, simbolik, narasi, dan budaya. Kelima kode ini juga dapat diterapkan untuk menganalisis karya desain komunikasi visual. Misalnya dengan menganalisis kode semantik pada konotasi warna yang digunakan, kode simbolik pada makna lambang, atau kode budaya pada nilai-nilai yang tersirat dalam karya desain tersebut.

Perbedaan pengertian makna denotatif dan konotatif memberikan landasan bagi analisis untuk mengartikulasikan makna yang tersurat maupun tersirat dalam karya desain. Misalnya arti harfiah gambar pohon dalam makna denotatifnya, namun juga nilai-nilai alam ramah lingkungan dalam makna konotatifnya. Dimensi ini penting untuk mengamati makna yang lebih dalam dari sebuah karya desain.



SIMPULAN

Semiologi terbukti bermanfaat sebagai metode analisis makna pada karya desain komunikasi visual. Teori Saussure dan Pierce menyediakan kerangka teoritis yang memungkinkan pemahaman hubungan antara tanda visual dengan konteks sosiokultural. Hal ini relevan dengan fungsi komunikasi desain untuk menyampaikan pesan secara efektif kepada audiens target dengan mempertimbangkan berbagai aspek kontekstual. Oleh karena itu, semiologi dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan analisis makna pada karya desain komunikasi visual.

PUSTAKA

Tinarbuko, S. (2003). Semiotika analisis tanda pada karya desain komunikasi visual. Nirmana, Vol 5 No 1 (2003): JANUARY 2003 (31-45).


Analisis Cover Album “Savage” Dari Girl Group Aespa


Hamza,S1, Jupriani,J2
1  Universitas Negri Padang, Padang, Indonesia
2  Universitas Negri Padang, Padang, Indonesia
*Korespondensi penulis :salsabilahamza2@gmail.com



ABSTRAk


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk visual dan makna album “Savage” dari girlgroup Aespa. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai wadah pengetahuan baru dan dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang akan datang. Untuk mencapai tujuan dan manfaat tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan teori semiotika Charles Sanders Pierce. Sumber daya yang diperoleh berupa data primer yang didapatkan langsung dari album fisik “Savage” versi SYNK DIVE dan proses wawancara, sedangkan data sekunder berupa berbagai sumber literasi yang ada. Hasil yang penulis dapatkan setelah melakukan penelitian ini yaitu desain sampul album ini dibuat untuk memvisualisasikan isi dari lagu dan konsep yang ada pada album. Sampul album ini dirancang menggunakan aliran futurisme yang menggambarkan kecepatan sebuah gerakan.
Kata kunci: Semiotika, Cover Album, Musik, Kpop.



PENDAHULUAN


Penelitian ini berjudul "Analisis Cover Album 'Savage' Dari Girl Group Aespa". Cover album merupakan hal penting dalam promosi suatu album karena menjadi representasi visiual pertama yang dilihat oleh konsumen ketika melihat album tersebut. Cover album sebaiknya mampu merepresentasikan isi dan konsep album agar dapat menarik minat konsumen. Girl group Aespa merilis mini album pertamanya bertajuk "Savage" yang hadir dalam tiga versi yaitu P.O.S, Hallucination Quest, dan SYNK DIVE.

Versi SYNK DIVE mengusung konsep digipak dan memiliki desain cover album yang unik. Pada tampilan awal, cover album hanya terlihat seperti bentuk visual 3D tanpa tulisan namun ketika diperhatikan lebih detail terdapat tulisan "SAVAGE". Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menganalisis makna yang tersirat dari desain cover album versi SYNK DIVE. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk visual dan makna yang tersirat pada desain cover album "Savage" versi SYNK DIVE dari girl group Aespa. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang analisis semiotika pada desain visual khususnya cover album.




LITERARTURE REVIEW

Album cover merupakan objek visual pertama yang dinikmati konsumen untuk mengetahui isi lagu dalam sebuah album. Album cover berperan penting dalam promosi album karena merepresentasikan visiual pertama yang dilihat konsumen. Futurisme adalah aliran seni Italia yang menekankan unsur gerak dan kecepatan. Dalam desain, futurisme mendukung pengembangan tipografi sebagai ekspresi dan memvisualisasikan objek masa depan dengan detail (Pandanwangi, 2022; Howells, 2019).

Layout merupakan rancangan awal elemen grafis sebelum proses selanjutnya. Terdapat prinsip komposisi dan keseimbangan bentuk dalam mengorganisir elemen pada komunikasi grafis (Kusnadi, 2018). Warna dapat memberikan makna nilai lebih besar pada desain. Warna saling mempengaruhi satu sama lain dalam penciptaan keindahan (Mita Purbasari dalam Kusnadi, 2018). Hologram dan tipografi memiliki pengertian tersendiri dalam desain (Idrizon dalam Teknologi Hologram; Jekfin dalam Patria, 2022).

Wireframes digunakan untuk menunjukkan elemen proyek (Apostol, 2017). Semiotika adalah studi tentang tanda yang terdiri dari segitiga semiotika menurut Pierce yaitu tanda, objek, dan makna (Lantowa et al., 2017). Genre Trap adalah subgenre hip hop yang menggunakan unsur musik tertentu (Oswald, 2019). Black mamba adalah ular berbahaya dengan racun mematikan (Faradiba, 2022). Salah satu penelitian relavan mengenai analisis semiotika cover album American Idiot band Green Day (Wahyutama & Anggapuspa, 2021).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis cover album "Savage" dari girl group Aespa secara mendalam. Data yang diperoleh berupa data kualitatif seperti gambar dan citra pada cover album tersebut.Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menentukan judul dan ruang lingkup penelitian. Judul yang ditentukan adalah "Analisis Cover Album 'Savage' Dari Girl Group Aespa". Ruang lingkupnya hanya terbatas pada analisis cover album versi SYNK DIVE.Langkah selanjutnya adalah melakukan studi pustaka untuk mendapatkan teori dan penelitian terdahulu yang relevan. Sumber data didapatkan dari buku, jurnal, artikel, internet, dan sumber lainnya guna memperkaya wawasan dan mengetahui perkembangan pengetahuan terkini terkait topik penelitian. Penggalangan data primer dilakukan dengan mengambil data secara langsung dari cover album versi SYNK DIVE yang menjadi objek penelitian. Data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka. Langkah berikutnya adalah analisis data dengan menggunakan teori semiotika Charles Sander Pierce untuk mengungkap makna yang terkandung dalam bentuk visual dan warna pada cover album. Hasil analisis kemudian disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penyajian hasil dilakukan dalam bentuk laporan sesuai pedoman penulisan ilmiah. Dengan metode ini diharapkan dapat mengungkap makna secara sistematis dan komprehensif.


HASIL PEMBAHASAN 


Bentuk Visual Sampul Album

Sampul depan merupakan tulisan "SAVAGE" yang disusun secara simetris untuk memberikan kesan keseimbangan dan keindahan. Sampul belakang berupa gabungan bentuk huruf "V" berulang yang disusun secara teratur, menciptakan ilustrasi imajinatif sesuai gaya futurisme. Warna yang digunakan adalah monokrom hitam dan abu-abu, serta gradasi ungu yang memberi kesan pantulan cahaya modern. Sampul dalam menggambarkan wilayah Kwangya dengan gaya futurisme melalui ilustrasi imajinatif dan objek unik beserta gradasi biru yang memberi pantulan cahaya futuristik.

Tipografi pada sampul berupa informasi album dengan font sans serif minimalis sesuai karakteristik tipografi futurisme. Warna logam digunakan untuk menonjolkan informasi tersebut.

Makna Sampul Album

Berdasarkan semiotika Pierce, makna ikonik tanda pada sampul adalah keseimbangan, simetris, gabungan bentuk mirip burung dalam gerakan, dan wireframe wilayah. Makna indeks adalah futurisme, ancaman ular black mamba, dan wilayah tinggal ular. Sedangkan makna simboliknya adalah futurisme, modernisasi, masa depan, kecepatan gerakan, serta visualisasi konsep dan lirik lagu.

Warna hitam dan putih sebagai warna minimalis. Warna ungu memberikan kesan misterius. Warna biru pada hologram memberikan kesan tenang, elegan, dan sederhana. Semua warna tersebut diterapkan untuk menciptakan keseimbangan visual.

Kesimpulan

Desain sampul album "Savage" versi SYNK DIVE ini dibuat untuk memvisualisasikan konsep futuristik girlgroup Aespa yang berbeda dari grup lain melalui gaya aliran futurisme yang menggambarkan kecepatan gerakan untuk menggambarkan masa depan yang lebih maju.

DISKUSI

Cover album merupakan hal penting dalam mempromosikan sebuah album musik. Penelitian ini menganalisis cover album "Savage" dari girl grup Aespa versi SYNK DIVE dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa desain cover album "Savage" dirancang menggunakan gaya futurisme. Gaya ini ditandai dengan adanya unsur-unsur yang menggambarkan kecepatan dan masa depan seperti bentuk huruf "V" dan gradasi warna yang memberikan kesan pantulan cahaya. Gaya futurisme dipilih karena sesuai dengan konsep Aespa sebagai girl grup dengan tema futuristik dan metaverse. Melalui unsur visual dan makna yang terkandai di dalamnya, desain cover album berhasil mewakili isi lagu serta konsep album. Hal ini dapat menarik minat konsumen untuk mempelajari lebih lanjut produk musik yang ditawarkan. Beberapa unsur seperti logo, informasi album, dan tipografi juga dirancang untuk mendukung kesan futurisme tanpa mengurangi kejelasan informasi. Namun demikian, dapat dikemukakan bahwa analisis semiotik hanya terfokus pada makna visual tanpa melibatkan unsur pendengar. Padahal musik juga bermakna melalui unsur suara. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menganalisis makna album secara keseluruhan dengan melibatkan unsur pendengar. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap pesan yang ingin disampaikan lewat karya musik.


SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk visual dan makna dari sampul album “Savage” versi SYNK DIVE milik girl group Aespa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce untuk menguraikan tanda-tanda ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam desain sampul album. Dari hasil analisis bentuk visual, ditemukan bahwa desain sampul album menggunakan gaya futurisme yang ditandai dengan adanya unsur-unsur yang menggambarkan kecepatan dan masa depan. Pada sampul depan menggunakan tulisan “SAVAGE” yang disusun secara simetris. Sampul belakang menggabungkan bentuk huruf “V” 3 dimensi yang disusun berulang. Sedangkan sampul dalam menggambarkan ilustrasi wilayah Kwangya dengan objek-objek imajinatif. Warna-warna yang digunakan adalah monokromatik hitam, abu-abu, dan polikromatik ungu yang membentuk gradasi pantulan cahaya untuk memberikan kesan futuristik dan modern. Semiotika tanda yang teridentifikasi antara lain gambar burung, bentuk huruf dan susunan "V" sebagai ikon gerakan dan kecepatan. Ular black mamba dan wilayah Kwangya merupakan indeks tempat tinggal. Sedangkan warna, gaya desain, dan ilustrasi yang digunakan merupakan simbol futurisme, masa depan, dan identitas grup musik Aespa sebagai grup konsep metaverse dan futuristik.



PUSTAKA


Hamza, S., & Jupriani, J. (2023). Analisis Cover Album “Savage” Dari Girl Group Aespa. Jurnal Kajian dan Penelitian Umum, 1(4), 223-229.




Semangat Perlawanan Musik Indie (Kasus Bali)


Kusuma, I Gede Dewa.
1  Program Magister Kajian Budaya, Universitas Udayana,  Bali,  Indonesia
*Korespondensi Penulis : dewakusuma44@gmail.com



ABSTRAK


Makalah ini membahas tentang semangat perlawanan yang dituangkan oleh musisi indie di Bali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus tentang perlawanan musik indie di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 2012 para aktivis lingkungan dan musisi indie di Bali semakin gelisah karena munculnya isu rencana reklamasi Teluk Benoa. Musik indie digunakan untuk menyuarakan penolakan terhadap rencana pemerintah dan investor untuk mereklamasi Teluk Benoa seluas 838 Ha. Gerakan musik indie bekerjasama dengan aktivis dan masyarakat adat dalam menyampaikan pesan perlawanan untuk melindungi lingkungan alamiah Bali di masa depan. Penelitian ini berimplikasi bahwa musik indie memiliki peran penting dalam menyampaikan kritik sosial secara kreatif dan damai.
Keywords: Musik, perlawanan, reklamasi.



PENDAHULUAN


Isu reklamasi Teluk Benoa telah menjadi pembicaraan hangat di Bali sejak tahun 2012. Rencana pembangunan pulau-pulau buatan melalui reklamasi seluas 838 Ha di Teluk Benoa oleh PT Tanah Wisata Bali Internasional (PT TWBI) telah mendapat penolakan dari berbagai kalangan. Penolakan ini dipimpin oleh Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) beserta aktivis lingkungan dan masyarakat adat. Salah satu bentuk penolakan yang dilakukan adalah melalui aksi-aksi musik indie. Sejak 2012, musisi indie di Bali semakin gencar menyuarakan penolakan mereka terhadap rencana reklamasi lewat lagu-lagu perlawanan. Gerakan musik indie ini dipimpin oleh beberapa band ternama seperti Superman is Dead (SID), Navicula, The Hydrant, Scared of Bums, dan Nosstress. Mereka berupaya mengonsolidasikan penolakan masyarakat melalui konser-konser musik Bali Tolak Reklamasi (BTR) yang rutin diadakan. Melalui lagu-lagu bertema lingkungan dan isu sosial, musisi indie berkolaborasi dengan aktivis dan masyarakat adat dalam menyuarakan penolakan mereka. Penelitian ini akan mengkaji fenomena musik indie sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa oleh PT TWBI. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan teori-teori Foucault tentang kekuasaan dan pengetahuan serta semiotik. Harapannya hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menanggapi isu reklamasi Teluk Benoa.





LITERARTURE REVIEW

Musik indie menjadi salah satu medium perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Jenkins (2006) yang menyatakan bahwa musik indie merupakan salah satu wadah untuk menyuarakan pesan sosial dan politik. Musik indie hadir tidak hanya sebatas hiburan, tetapi juga sebagai bentuk resistensi terhadap kondisi sosial dan politik melalui lirik lagunya (Kneas, 2014). Fenomena musik indie sebagai sarana perlawanan ini juga terjadi di berbagai negara lain seperti Spanyol, Yunani, dan Islandia selama masa krisis ekonomi (Stathopoulos, 2012).

Dalam kasus reklamasi Teluk Benoa, musik indie turut berperan aktif sebagai bentuk perlawanan masyarakat Bali terhadap rencana pemerintah dan investor reklamasi Teluk Benoa. Hal ini dilakukan melalui konser-konser yang mengusung tema "Bali Tolak Reklamasi" serta lirik lagu yang menentang rencana reklamasi tersebut (Kusuma, 2018). Temuan penelitian ini konsisten dengan pendapat Rentfrow dan Gosling (2003) bahwa musik merupakan salah satu cara masyarakat menunjukkan identitas diri dan kelompok sosial mereka.

Keterlibatan musisi indie dalam gerakan perlawanan terhadap reklamasi Teluk Benoa juga sejalan dengan pendapat Foucault (1972) mengenai munculnya praktik perlawanan dari kehidupan sehari-hari sebagai bagian yang melekat dalam ruang kekuasaan. Musik indie mewadahi perlawanan masyarakat Bali secara kritis tanpa unsur anarkisme melalui data dan argumen yang kuat (Kusuma, 2018), sesuai pendekatan Foucault tentang perlawanan.

Dengan demikian, artikel ini konsisten dengan teori-teori sebelumnya mengenai peran musik indie sebagai wadah perlawanan sosial dan politik serta bagaimana praktik perlawanan dapat muncul sebagai respon terhadap kekuasaan. Temuan penelitian ini juga relevan dengan konteks sosial dan politik di Bali mengenai isu reklamasi Teluk Benoa.


METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam konteks kajian budaya kritis untuk menganalisis praktik perlawanan masyarakat Bali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa melalui musik indie. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif dengan melakukan interpretasi terhadap persoalan yang ditemukan di lapangan. Data dikumpulkan tidak hanya melalui studi dokumen dan dokumentasi, tetapi juga dengan observasi langsung dan wawancara. Studi dokumen digunakan untuk menganalisis berbagai literatur, laporan, dan dokumen terkait rencana reklamasi Teluk Benoa. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung aktivitas musisi indie dalam gerakan menolak reklamasi. Wawancara dilakukan kepada musisi indie, aktivis lingkungan, serta masyarakat lokal untuk memperoleh sudut pandang dan informasi langsung dari lapangan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dengan teknik analisis data kualitatif. Teori kekuasaan dan pengetahuan Foucault serta teori semiotik digunakan untuk menganalisis bagaimana signifikansi praktik perlawanan masyarakat Bali melalui musik indie. Hasil analisis membahas bagaimana peran musik indie dalam gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa serta ideologi perlawanan yang disampaikan.


HASIL PEMBAHASAN 


Musik indie hadir sebagai salah satu wadah ekspresi perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali. Lewat lirik dan pesan yang disampaikan, musik indie berupaya mengkritik rencana reklamasi yang dianggap berpotensi merusak lingkungan dan membahayakan warisan budaya masyarakat Bali. Berbagai band indie seperti SID, Navicula, The Hydrant, dan Nosstress aktif terlibat dalam gerakan tolak reklamasi ini dengan menampilkan lagu-lagu bernuansa perlawanan.

Konser-konser kecil sering diadakan untuk mendukung aksi demonstrasi yang rutin digelar oleh Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi dan masyarakat adat. Kehadiran musisi indie dalam unjuk rasa menarik perhatian khususnya kalangan anak muda. Citra ketokohan musisi indie mampu menggerakkan solidaritas publik untuk bersama-sama menolak rencana reklamasi. Lirik lagu indie banyak mengandung pesan kritis terhadap pemerintah dan investor yang bersikukuh mereklamasi Teluk Benoa.

Keterlibatan musisi indie bukan hanya sekadar hiburan, tetapi lebih ke arah gerakan ideologi untuk melindungi lingkungan dan warisan budaya Bali. Mereka berkolaborasi dengan aktivis lingkungan dan masyarakat adat dalam menyuarakan penolakan secara aman dan kreatif. Berbagai aksi online juga dilakukan untuk mengedukasi masyarakat akan bahaya reklamasi dan mengumpulkan dukungan. Walaupun dianggap menghambat rencana investor, semangat perlawanan musik indie justru semakin menguatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan ekosistem Teluk Benoa.

DISKUSI 

Semangat perlawanan yang dituangkan musik indie berhasil menarik perhatian masyarakat luas untuk turut mendukung penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa. Terdapat beberapa poin penting yang dapat didiskusikan lebih lanjut:

Peran musik indie sebagai media gerakan sosial Musik indie mampu menyampaikan aspirasi masyarakat secara kreatif dan menyenangkan melalui lirik lagu. Hal ini bermanfaat untuk menarik solidaritas dari berbagai kelompok usia, terutama anak muda. Dengan demikian, isu penolakan reklamasi dapat tersampaikan lebih luas secara berkelanjutan.
Kolaborasi antara musisi indie, aktivis, dan masyarakat adat Kerja sama yang terjalin erat antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan kampanye. Masing-masing memiliki peran penting untuk menyuarakan penolakan secara komplementer melalui aksi di lapangan maupun online. Kolaborasi ini dapat dijadikan teladan bagi gerakan sosial lainnya.
Strategi kampanye penyebarluasan informasi Berbagai aksi online dan konser mini yang dilakukan musisi indie ternyata efektif menggaungkan isu penolakan reklamasi. Publikasi informasi yang akurat dan menarik perhatian dunia Internasional merupakan strategi cerdas dalam menghadapi kebijakan pemerintah.
Penguatan peraturan perundang-undangan terkait reklamasi Perlunya evaluasi dan penguatan aturan agar reklamasi hanya boleh dilakukan apabila memenuhi persyaratan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi sesuai UU yang berlaku. Partisipasi publik juga menjadi penting dalam pengambilan kebijakan terkait isu-isu strategis seperti ini.



SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian I Dewa Gede Kusuma tentang peran musik indie dalam gerakan penolakan reklamasi Teluk Benoa, terdapat beberapa kesimpulan utama. Musik indie di Bali berperan sebagai sarana perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa oleh pemerintah dan investor. Lewat konser-konser yang digelar, musisi indie ikut menyebarkan pesan penolakan terhadap rencana reklamasi. Penolakan masyarakat Bali tidak hanya berupa aksi demonstrasi, tetapi juga disampaikan melalui media sosial dan gerakan solidaritas musisi indie. Mereka berargumen bahwa reklamasi akan merusak lingkungan dan nilai-nilai adat Bali. Meskipun pernah dikeluarkannya Perpres No. 51 tahun 2014 yang mendukung rencana reklamasi, gerakan penolakan yang diprakarsai musisi indie dan masyarakat masih terus berlangsung hingga saat ini untuk mendorong pencabutan peraturan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa musik indie hadir sebagai bagian dari gerakan sosial yang berperan kritis dalam menyuarakan aspirasi masyarakat yang terpinggirkan akibat rencana reklamasi untuk mempertahankan hak-hak mereka.



PUSTAKA


Kusuma, I. D. G. (2018). Semangat Perlawanan Musik Indie (Kasus Bali). Journal of Music Science, Technology, and Industry, 1(1), 119-128.



Literature Riview
20 Jurnal

Kata kunci : Desain, Cover Album, Semiotika, Roland Barthes, Charles Sander Pierce, Band Dongker, Musik Indie rock, Pop Punk.

Jurnal 4

Judul : Desain Album “Collide” Band Dieonic
Penulis : Muhammad Akhdan Sytra 1
, Defrizal Saputra2
Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
Teori : Teori semiotika digunakan peneliti dalam merancang konsep album ini. Dengan judul "Collide" yang mencerminkan ledakan emosi dari dua entitas, sebagaimana metafora hubungan konflik antara dua individu. Menurut Wahyutama (2021), dalam semiotika terdapat makna denotatif (bentuk sebenarnya) dan konotatif (makna tambahan yang bersifat konsensus dan berkaitan dengan nilai rasa). Konsep perancangan album ini secara denotatif menggambarkan ledakan dari dua bintang, sedangkan secara konotatif mencerminkan konflik dan kekacauan dalam hubungan dua entitas atau individu.

Teori visual brandingdigunakan untuk memperkuat citra dan identitas Dieonic melalui desain yang diciptakan. Visual branding mengacu pada tampilan yang khas dari suatu bisnis yang membedakannya dari bisnis lain. Tampilan ini dapat berupa elemen visual, logo, font, foto dengan arti visual yang khusus dan elemen visual lainnya. Identitas merek juga dapat diekspresikan melalui tagline, tema warna merek, dan desain keseluruhan.

Teori tipografi juga diterapkan dalam pemilihan jenis font pada desain. Tipografi adalah penggunaan font atau huruf sebagai elemen visual dalam desain, termasuk logo, kemasan, dan elemen visual lainnya. Pemilihan tipografi dalam branding sangat penting karena dapat memengaruhi citra merek dan membentuk persepsi konsumen.

Metode : Dalam merancang desain album "Collide" milik band Dieonic, peneliti menggunakan beberapa metode sistematis. Pertama, peneliti menggunakan metode FOUR-D yang terdiri dari empat tahapan yaitu define, design, development, dan disseminate. Metode ini memberikan kerangka yang jelas bagi peneliti dalam merancang desain album, mulai dari mendefinisikan masalah yang diangkat, merancang desain, mengembangkan desain hingga skema desain, dan menyebarkan hasil akhir perancangan.

Selain itu, peneliti juga menggunakan metode 5W1H (what, where, who, when, why, how) untuk menganalisis permasalahan yang diangkat. Melalui metode ini, peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan apa yang diangkat (what), lokasi terjadinya (where), siapa yang terkait (who), kapan terjadi (when), alasan diangkat (why), serta bagaimana solusi yang diberikan (how). Informasi yang diperoleh dari metode ini berguna untuk mengarahkan proses perancangan desain selanjutnya.

Peneliti juga melakukan wawancara secara langsung dengan personil band Dieonic untuk memperoleh informasi terperinci sebagai data primer yang dibutuhkan. Selain itu, peneliti melakukan studi pustaka dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan artikel untuk melengkapi data sekunder yang diperlukan. Dengan berbagai metode tersebut, diharapkan perancangan dapat dilakukan secara sistematis dan komprehensif.

Hasil : Desain album yang diciptakan menampilkan ilustrasi dua bintang yang berdebat sebagai unsur utama. Pemilihan unsur ini secara denotatif merepresentasikan ledakan dari dua benda langit, namun secara konotatif menggambarkan konflik dan ketegangan dalam suatu hubungan. Penerapan semiotika dalam concept album ini tepat karena dapat menyampaikan makna mendalam dari judul album "Collide".

Ilustrasi dua bintang tersebut nantinya akan menjadi logo visual yang mewakili band Dieonic. Hal ini sejalan dengan penerapan teori visual branding dalam memperkuat citra identitas Dieonic melalui desain ini. Desain akan berperan sebagai tampilan khas yang membedakan Dieonic dengan band lain.

Pemilihan typeface yang menggunakan font ringan dan modern seperti Arial mengacu pada teori tipografi. Font ini dapat membantu menyampaikan kesan dinamis dan menarik sesuai karakter musik Dieonic. Pengaturan ukuran dan style font ini pun telah dilakukan dengan tepat.

Jurnal 5

Judul : ILLUSTRATION AND MEDIA PROMOTION DESIGNS FOR THE BAND GODLESS SYMPTOMS’ NEW ALBUM
Penulis : Marisa Astuti, 2BimaMaulana1Prodi Multimedia, Fakultas DKV, Universitas Widyatama, Indonesia2Mahasiswa, Fakultas DKV,Universitas Widyatama, Indonesia1marisa.astuti@widyatama.ac.id

Teori : Beberapa teori digunakan sebagai dasar dalam membuat desain ilustrasi sampul album dan media promosi untuk album baru Godless Symptoms. Pertama, teori ilustrasi dibahas pada paragraf kedua. Di antaranya adalah definisi ilustrasi menurut para ahli seperti Rohidi, Soedarso, Martha Thoma dan Fariz. Juga dibahas mengenai fungsi, peran, dan gaya ilustrasi. Teori ini penting untuk membantu mendesain ilustrasi sampul album agar sesuai dengan fungsi dan perannya.

Kedua, teori promosi dibahas pada paragraf kelima. Definisi promosi menurut beberapa sumber seperti Philip Kotler, Julian Cummins, dan lainnya. Tujuan promosi juga dijelaskan. Teori ini bermanfaat untuk mengembangkan strategi promosi agar dapat mencapai tujuan. Dilanjutkan pada paragraf keenam, dibahas strategi untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk strategi komunikasi, kreatif, media, pesan, dan seleksi media. Strategi-strategi ini digunakan untuk memilih dan mengkomunikasikan media promosi yang tepat.

Terakhir, pada paragraf ketujuh dijelaskan konsep visual yang akan digunakan, yaitu konsep seni gelap atau desain karya. Konsep ini sesuai dengan genre musik Godless Symptoms dan akan diimplementasikan dalam desain ilustrasi sampul album maupun media promosi. Dengan demikian, teori-teori tersebut menjadi dasar yang kuat dalam membuat desain ilustrasi dan media promosi untuk mempromosikan album baru Godless Symptoms.

Metode : Dalam melakukan penelitian untuk merancang desain ilustrasi sampul album dan media promosi untuk album baru Godless Symptoms, beberapa metode digunakan. Metode studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait ilustrasi, promosi, genre musik hardcore punk, dan profil band Godless Symptoms. Literatur diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah, artikel daring, serta sumber-sumber lain yang relevan.

Selanjutnya, metode observasi langsung dilakukan untuk melihat ilustrasi sampul album dan media promosi band-band hardcore punk underground lain sebagai bahan perbandingan. Observasi ini bertujuan untuk memahami gaya ilustrasi yang sering digunakan serta jenis media promosi apa saja yang biasa diterapkan.

Metode wawancara juga digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari personel band Godless Symptoms mengenai konsep album baru, visi dan misi mereka, serta preferensi gaya ilustrasi. Informasi ini berguna untuk merancang desain yang sesuai dengan karakter band.

Selanjutnya, metode eksploratif kreatif diterapkan untuk menghasilkan berbagai ide desain ilustrasi dan promosi secara kreatif dan inovatif berdasarkan teori-teori dan informasi yang diperoleh. Akhirnya, metode evalusi digunakan untuk menentukan desain terbaik setelah melalui proses uji coba dan mendapat masukan dari target audiens maupun personel band.

Hasil : Beberapa poin penting dapat dirangkum dari hasil pembahasan sumber teks mengenai desain ilustrasi dan promosi album baru Godless Symptoms. Pertama, teks tersebut membahas latar belakang genre musik hardcore punk dan perkembangannya di Indonesia khususnya Bandung. Juga disebutkan beberapa band underground seperti Godless Symptoms, Bars, Fangs yang memiliki pengaruh.

Kemudian, dibahas profil band Godless Symptoms yang sudah memiliki 4 album studio sebelumnya. Keberhasilan mereka tidak hanya dari live performance tetapi juga penjualan merchandise, kaset, CD, vinyl, maupun album fisik. Hal ini menunjukkan pentingnya desain ilustrasi dan promosi.

Selanjutnya, teks menjelaskan pentingnya desain ilustrasi sampul album, EP, dan single untuk membangun identitas visual karya musik. Teks juga membahas berbagai teori yang relevan seperti ilustrasi, promosi, dan konsep visual yang akan digunakan yaitu seni gelap.

Poin terakhir adalah penjelasan tentang proyek desain ilustrasi album live Godless Symptoms dan harapan agar musik underground dapat dihargai kembali dengan membeli rilis fisik, merchandise, atau menonton konsernya. Dengan demikian, telah dirangkum hasil pembahasan utama dari sumber teks tersebut.

Jurnal 6 

Judul :  Analisis Semiotika Desain Cover Novel Raditya Dika

Penulis : Renzy Ayu Rohmatillah dan Drs. Eko Agus Basuki Oemar, M.Pd

Teori : Teori semiotika Charles Sanders Peirce
Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Teori semiotika yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce merupakan salah satu teori semiotika klasik yang penting. Dalam teorinya, Peirce membangun konsep semiosis atau proses pembentukan makna melalui unsur-unsur segitiga makna. Menurut Peirce, terdapat tiga unsur pendukung teori semiotika, yaitu representamen, objek, dan interpretan.

Representamen adalah tanda yang digunakan untuk mewakili sebuah objek. Representamen dapat berupa gambar, suara, kata, gerakan tubuh, bahkan konsep. Objek adalah hal yang sebenarnya yang direpresentasikan oleh representamen. Objek dapat berupa benda, kejadian, ide, gagasan, baik yang konkret maupun abstrak. Sedangkan interpretan adalah makna yang ditimbulkan atau ditafsirkan dari representamen terhadap objeknya. Interpretan dapat berupa ide, konsep, gambaran, atau pengetahuan.

Peirce membagi representamen ke dalam tiga kategori tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan dengan objeknya, seperti foto, diagram, dan peta. Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan objeknya, seperti asap dan api. Simbol adalah tanda yang hubungannya bersifat konvensional dengan objeknya melalui pengetahuan dan kesepakatan sosial, seperti bahasa, angka, dan aturan.

Dengan adanya unsur-unsur segitiga makna beserta kategorisasi tanda, teori semiotika Peirce dapat memandu analisis untuk memahami makna-makna yang tersirat dan terkonstruksi di balik berbagai tanda yang ada. Hal ini memungkinkan pendekatan analisis semiotika diterapkan untuk beragam jenis teks.

Metode : Penelitian kualitatif deskriptif dengan menganalisis tanda-tanda visual pada cover novel menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi, sumber data primer dan sekunder, penyajian data secara deskriptif.

Hasil pembahasan:

Visualisasi desain cover novel Raditya Dika menggunakan unsur foto, ilustrasi, dan tata letak.
Hubungan tanda dan makna melalui representamen, objek, interpretan yang digolongkan jadi ikon, indeks, simbol.
Tanda-tanda berhubungan dengan cerita novel seperti tokoh, latar tempat, kejadian.

Jurnal 7

Judul : Semiotika Tanda Verbal dan Tanda Visual Iklan Layanan Masyarakat

Penulis : Sumbo Tinarbuko
Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Teori : Teori Semiotika

Teori semiotika berfokus pada tanda dan makna. Menurut teori ini, sebuah benda hanya dapat memiliki makna jika diartikan sebagai tanda. Analisis dilakukan pada tingkat tanda (bentuk), kode (aturan pembentukan makna), dan makna (interpretasi). Teori ini digunakan untuk menganalisis tanda verbal dan visual yang terkandung dalam ILM.

Teori Periklanan

Teori periklanan menjelaskan iklan sebagai suatu bentuk komunikasi visual yang bertujuan mempengaruhi target audiens. Termasuk di dalamnya adalah jenis iklan komersial dan non-komersial seperti ILM. Teori ini bermanfaat untuk memahami sifat dan tujuan dari ILM.

Teori Desain Komunikasi Visual

Teori ini menekankan pada proses perancangan visual untuk tujuan komunikasi. Mencakup unsur-unsur seperti tipografi, komposisi, warna, dan lainnya. Teori ini memberi panduan untuk menganalisis unsur-unsur visual apa saja yang terkandung dalam sebuah ILM.

Dengan penjabaran ketiga teori tersebut, diharapkan dapat memberikan dasar yang kuat dalam melakukan analisis tanda verbal dan visual pada ILM.

METODE PENELITIAN

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menerangkan makna ILM. Selain itu, penulis juga memanfaatkan metode analisis semiotika komunikasi visual. Untuk melihat dan mengidentifikasi tanda verbal dan visual, penulis mengaplikasikan konsep Triadik yang diciptakannya.

HASIL PEMBAHASAN

Hasil pembahasan penulis meliputi identifikasi dan deskripsi tanda verbal berupa headline, bodycopy, slogan, dan sponsor pada sebuah ILM tentang pencegahan AIDS. Kemudian dilakukan identifikasi dan deskripsi tanda visual seperti layout/tatavisual, ilustrasi, warna, dan komposisi. Analisis dilaksanakan secara terpisah untuk tanda verbal dan visual, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungannya.

Jurnal 8

Judul : Bertaruh pada Apa Lagi Kalau Akhirnya Terbakar Janji Sendiri?
Penulis : Adam Sudewo pada www.whiteboardjournal.com 

Teori : Tulisan ini menggunakan teori Do It Yourself (DIY) dalam gerakan punk dan komunitas alternatif. Selain itu, juga menganalisis sistem politik Indonesia sebagai latar. Teori DIY digunakan untuk menganalisis prinsip yang diusung Dongker, sedangkan analisis politik untuk menilai ruang gerak mengubah sistem dari dalam.

Metode : Penulis melakukan analisis dengan membandingkan tindakan Delpi dengan prinsip DIY yang selama ini diusung bersama Dongker. Selain itu, dilakukan pula analisis terhadap kemungkinan mengubah sistem politik dari dalam dalam konteks kondisi politik Indonesia.

Hasil : Analisis menunjukkan tindakan Delpi bertentangan dengan prinsip DIY. Sistem politik Indonesia juga dinilai tidak mendukung upaya perubahan dari dalam. Hal ini mengecewakan banyak pendukung Dongker. Akhirnya pentingnya meletakkan musisi sebagai pengkarya untuk memfasilitasi dialog terbuka.

Jurnal 9

Judul : Makna Label Halal Indonesia Dalam Perspektif Semiotika: Analisis Semiotika Roland Barthes

Penulis : Faisal Muzzammil
STAI DR. KHEZ. Muttaqien, Purwakarta, Indonesia

Teori : Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teori ini dipilih karena analisisnya praktis untuk menganalisis logo, dapat mengungkap makna mendalam dalam suatu tanda, dan sudah banyak digunakan dalam penelitian tentang tanda di Indonesia. Konsep utama semiotika Barthes terdiri atas 4 elemen: bahasa dan tutur, sistem tanda, indeks dan ikon, makna denotasi dan konotasi.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika untuk menganalisis makna Label Halal Indonesia.

Hasil : Secara semiotik, Label Halal Indonesia memiliki makna denotasi yang berarti informasi dan keterangan tulisan kata "Halal" dalam bahasa Arab, yang disajikan melalui gambar menyerupai gunungan. Makna denotasi ini dapat dilihat secara eksplisit dan jelas pada gambar logo Label Halal Indonesia, dimana terdapat tulisan kata "Halal" dalam bahasa Arab yang disajikan melalui gambar menyerupai gunungan gunung. Selain itu, terdapat pula tulisan "Halal Indonesia" yang secara jelas ditulis dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan jenis huruf tebal dan kapital. Dengan demikian, secara literal logo Label Halal Indonesia ini memberikan informasi dan keterangan secara langsung mengenai produk yang memenuhi syariat Islam yang ditandai dengan tulisan kata "Halal" dalam bahasa Arab.
Secara semiotik, Label Halal Indonesia memiliki makna konotasi yang berarti kedekatan antara seorang muslim dengan Allah SWT, keimanan, kesederhanaan, kebijaksanaan, keseimbangan, kesatuan, ketenangan dan pembeda antara yang baik (haq) dan yang buruk (bathil). Makna konotasi ini tidak terlihat secara harfiah pada gambar logo, namun dapat dirasakan dan dipahami secara mendalam oleh muslim dan masyarakat Indonesia secara umum. Gambaran gunungan pada logo memberikan konotasi akan ketentraman, kebijaksanaan, dan kedekatn dengan Sang Pencipta. Sedangkan frasa "Halal Indonesia" memberikan konotasi persatuan umat Islam di tanah air dalam memilih dan mengonsumsi produk sesuai syariat. Dengan demikian, logo Label Halal Indonesia juga membawa pesan-pesan keagamaan yang mendalam bagi umat muslim.

Jurnal 10

Judul : REPRESENTASI KECEMASAN DALAM LIRIK LAGU "REHAT" KUNTO AJI (ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE)

Penulis: Nika Arliani dan Wiwid Adiyanto

Teori: Teori yang digunakan untuk menganalisis representasi kecemasan dalam lirik lagu "Rehat" Kunto Aji adalah analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Ferdinand De Saussure adalah seorang linguis dari Swiss. Ia dikenal sebagai bapak ilmu semiologi atau ilmu tanda. Saussure mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang terdiri atas dua elemen, yaitu signifier (bentuk tanda) dan signified (makna). Signifier merupakan representasi akustik dari sebuah konsep sedangkan signified merupakan konsepnya sendiri.

Menurut Saussure, hubungan antara signifier dengan signified bersifat arbitrer atau sembarang. Artinya tidak ada hubungan alami antara tanda dengan maknanya. Proses perepresentasian makna terjadi karena adanya persetujuan sosial. Pengelompokan antara tanda dan makna ditentukan secara sosial dan budaya. Dengan demikian, makna suatu tanda hanya dapat dipahami melalui sistem relasinya dengan tanda-tanda lain di dalam bahasa.

Hasil :  Penelitian ini menganalisis representasi kecemasan yang terkandung dalam lirik lagu "Rehat" karya Kunto Aji dengan menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure. Ditemukan beberapa temuan sebagai berikut:

Lirik lagu "Rehat" menceritakan tentang bagaimana mengelola kecemasan, mengatasi ketakutan, dan cara untuk bersikap ikhlas.
Setiap bait lirik lagu berhubungan dengan kecemasan. Bait pertama mengungkapkan kecemasan berlebih atau overthinking. Bait kedua menekankan tentang berhenti menyalahkan diri sendiri.
Musik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sehingga musik dapat menjadi salah satu metode terapi untuk mengatasi masalah kecemasan yang sering dialami masyarakat.

Jurnal 11

Judul : A Semiotic Analysis on the Avenged Sevenfold's "Nightmare" Album Cover of 2010
Penulis : Wahyu Megawati.

Teori : Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori klasifikasi modus tanda Charles Sanders Peirce yang meliputi ikon, indeks, dan simbol. Selain itu, penulis juga memanfaatkan metode dekoding tanda Charles William Morris yang mencakup sintaks, semantik, dan pragmatik.

Metode : Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif deskriptif dengan studi dokumen. Sumber data utamanya adalah gambar sampul album Avenged Sevenfold berjudul "Nightmare" tahun 2010.

Dalam menganalisis data, penulis melakukan beberapa langkah. Pertama, pengelompokkan tanda-tanda yang ditemukan ke dalam tabel berdasarkan klasifikasi modus tanda Peirce. Kedua, penulis menganalisis kombinasi tanda menggunakan metode Morris untuk mengungkap makna dan pesan.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 24 tanda yang diklasifikasikan menjadi 7 ikon, 5 indeks, dan 12 simbol. Analisis menggunakan metode Morris mengungkapkan bahwa sampul album menggambarkan kondisi mistis dan kesedihan kehilangan sosok The Rev. Sampul menggunakan gambar kuburan sebagai ilustrasi rumah normal meski dengan bahan berbeda. Hal ini sebagai peringatan bahwa rumah masa depan manusia adalah kuburan. Namun, simbol harapan memperkuat kondisi bahwa selalu ada kebahagiaan sesudah kesengsaraan.

Jurnal 12

Judul : Visual Branding Band Ethereal di Kota Padang

Penulis : Yani Trullya & Hanum Widarsa
Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Padang
Teori : Dalam menganalisis visual branding band Ethereal tersebut, penulis menggunakan beberapa teori. Pertama, teori visual branding yang menjelaskan tentang cara memperkenalkan suatu produk melalui elemen-elemen visual untuk menciptakan gambaran dan citra produk. Kedua, teori strategi positioning yang membahas tentang proses menempatkan posisi produk untuk membentuk persepsi positif di benak konsumen.

Metode : Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode Design Thinking. Metode ini terdiri dari 5 tahapan yaitu empati, define, ideate, prototype, dan test. Dalam tahap empati, penulis melakukan wawancara dengan personel band Ethereal untuk memahami permasalahan. Tahap define berisi penjabaran masalah, ideate untuk membuat ide solusi, prototype untuk mewujudkan ide kedalam desain, dan test untuk melakukan uji coba produk.

Hasil : Hasil analisis penulis menunjukkan adanya 24 tanda yang dikelompokkan menjadi 7 ikon, 5 indeks, 12 simbol. Penulis juga memanfaatkan metode Morris untuk menganalisis kombinasi tanda tersebut. Bentuk akhir hasil penelitian ini adalah manual book yang berisi panduan penggunaan elemen visual brand Ethereal. Manual book ini kemudian diuji kelayakannya dan mendapat respon positif dari audiens target.

Jurnal 13

Judul artikel:
Perancangan Buku Fotografi Dokumentasi Panggung Musik Band Tani Maju

Penulis:
Didit Prasetyo Nugroho, Desain Komunikasi Visual, Universitas Ma Chung

Teori yang digunakan:

Teori fotografi dan fotografi dokumenter
Penulis menjelaskan teori dasar tentang fotografi dan fokus pada teori fotografi dokumenter sebagai bentuk fotografi yang berfokus pada dokumentasi peristiwa atau adegan tertentu. Beberapa poin penting yang dijelaskan antara lain fungsi komunikasi dan ekspresi dalam fotografi, sifat objektif dan candid dalam fotografi dokumenter, serta kemampuan fotografi dokumenter dalam menyampaikan pesan dan memengaruhi respon penonton.
Teori tentang buku fotografi
Penulis menjelaskan pengertian dokumentasi yang merujuk pada representasi non-fiksi dalam buku atau media visual. Ini berkaitan dengan tujuan perancangan yaitu membuat buku fotografi yang berisi dokumentasi panggung musik.
Metode penelitian:
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Beberapa tahapan yang dilakukan antara lain perencanaan penelitian, observasi berupa wawancara dan konsep visualisasi, perancangan desain buku dengan proses editing foto dan layout, hingga pembuatan dummy dan cetak hasil akhir.

Hasil penelitian:

Konsep perancangan buku fotografi dokumentasi panggung musik Band Tani Maju
Visualisasi desain buku fotografi dokumentasi panggung musik Band Tani Maju


Jurnal 14

Judul : Semiotika Sosial dalam Video Klip Uniwara Mengukir Prestasi untuk Negeri (Kajian Analisis Wacana Multimodal)

Penulis :
Mokh. Abdul Basyid, Universitas PGRI Wiranegara, Indonesia
M. Bayu Firmansyah, Universitas PGRI Wiranegara, Indonesia

Teori :
Dalam penelitiannya, penulis menggunakan teori analisis wacana multimodal dengan pendekatan semiotika sosial. Teori ini menjelaskan bahwa analisis wacana multimodal melibatkan seluruh aspek seperti bahasa, gambar, musik, suara, dan gerakan untuk menghasilkan wacana. Wacana multimodal bersumber dari berbagai mode semiotik yang digunakan secara bersamaan. Mode semiotik terbentuk secara sosial dan budaya untuk memaknai. Semiotika sosial memiliki aspek sarana material dan sumber daya (mode) yang digunakan untuk membentuk tanda atau makna.

Metode :
Dalam melaksanakan penelitiannya, penulis menggunakan metode analisis wacana multimodal. Metode ini melibatkan langkah mengumpulkan dan mendokumentasikan mode semiotik pada video klip, melakukan investigasi terhadap mode semiotik yang terdokumentasi, serta memberikan kontribusi hasil penemuan. Penulis juga melakukan identifikasi dan analisis data sesuai dengan bentuk modalitas bahasa, gambar, musik, suara, dan gerakan. Sumber data berupa video klip "Uniwara Mengukir Prestasi untuk Negeri" di Youtube.

Hasil :
Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat lima bentuk multimodalitas pada video klip tersebut, yaitu modalitas bahasa, gambar, musik, suara, dan gerakan. Hasil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman bentuk wacana multimodal dan menjadi acuan penelitian selanjutnya.

Jurnal 15

Judul : Analisis Semiotika Pesan Moral Video Klip BTS 'We Are Bulletproof: The Eternal'’

Penulis : Ardhia Ningtyas, Nina Kusumawati, Sultan Himawan

Teori : Teori Semiotika Roland Barthes. Teori ini membahas tiga aspek analisis makna, yaitu:

Denotasi, yang merujuk pada makna harfiah atau literal.
Konotasi, yang merujuk pada makna implisit, kontekstual, atau emosional.
Mitos, yang merujuk pada ide-ide dominan yang terbentuk melalui proses semiotik.

Metode : Penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya melalui observasi video klip, dokumentasi scene-scene penting, dan studi pustaka.

Hasil penelitian:

Berdasarkan analisis tanda denotasi, konotasi, dan mitos pada beberapa scene penting dalam video klip, ditemukan pesan-pesan moral sebagai berikut:

Kejujuran, melalui scene RM yang memandangi pantulan dirinya saat masih baru debut hingga kini.
Menjadi diri sendiri, melalui perjalanan karir BTS yang selalu mengekspresikan diri secara artistik.
Bertanggungjawab, melalui dedikasi mereka selama 7 tahun berkarir sebagai BTS.
Kemandirian, melalui kesuksesan BTS yang dicapai berkat kerja keras sendiri.
Keberanian moral, melalui pemberontakan BTS terhadap stereotipe dan pandangan masyarakat.
Kerendahan hati, terlihat dari rasa syukur BTS kepada fans melalui lirik lagu.
Berpikir kritis, tercermin dari pesan-pesan positif yang disampaikan BTS lewat lagu dan aksi mereka.

Jurnal 16

Judul : Analisis Lirik dan Visual pada Video Klip COCOTE (Tolong Dikondisikan) Siti Badriah x RPH (Kajian Semiotika)

Penulis : Binta Ilmia Maharani, Naili Ilfi Amami, Choirotus Zulfa

Teori : Semiotika Roland Barthes. Teori ini digunakan untuk menganalisis makna denotasi, konotasi, dan mitos pada lirik dan visual video klip.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi video klip, mengambil screenshot, mencatat hasilnya, dan teknik simak-catat.

Hasil penelitian:

- Makna denotasi pada lirik Dalam lirik terdapat kalimat "Tak lelo lelo ledung udane tanpo mendung, Manuto badan siro marang lakuning biyung" yang memiliki makna denotasi untuk percaya kepada ibu. Kemudian kalimat "Tak lelo lelo ledung dadio sing gumagung. Manutu badan siro marang lati lan pati" yang bermakna harus percaya pada perkataan dan kematian. Hal ini mengandung pesan pentingnya menjaga tutur kata.
- Makna konotasi pada lirik Makna konotasi yang terkandung adalah memberikan nasihat kepada pendengar untuk berbicara dengan baik tanpa menyakiti perasaan orang lain. Contohnya pada lirik "Cocote tolong dikondisikan. Ojo gawe rusak paseduluran" dan "Cocote tolong disekolahke. Ben ra gawe loro ati kancane".
- Mitos dalam lirik Terdapat mitos berupa pepatah "tajam lidah daripada pedang" namun ditambahkan "lisan memang tajam seperti bambu runcing". Hal ini menekankan bahwa perkataan dapat menyakiti diri sendiri maupun orang lain sehingga perlu dijaga.
- Makna denotasi visual awal Terdapat wayang pada visual awal yang memiliki makna denotasi sebagai simbol pemerintah dalam budaya Jawa.
- Konotasi dan mitos visual Sajen digambarkan sebagai simbol dalam menyampaikan pesan secara konotatif. Secara mitos, sajen merupakan media berkomunikasi dengan entitas gaib. Begitu pula visual santet yang menunjukkan seseorang dapat melukukan pencegahan tanpa sepengetahuan korban.

Jurnal 17

Judul:
Analisis Semiotika Self-Love (Mencintai Diri Sendiri) dalam Video Klip “Jiwa yang Bersedih “ Ghea Indrawari

Penulis:
Herri Setiawan
IKIP Siliwangi
herrisetiawan25@gmail.com

Teori yang digunakan:
Peneliti menggunakan analisis semiotika milik Charles Sanders Peirce. Bagi Charles Sanders Peirce, prinsip dasar sifat tanda adalah sifat representatif dan interpretatif. Semiotika merupakan suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama dari tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek dan interpretan.

Metode:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasilnya berupa teks tulisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diamati. Selain itu, pendekatan kualitatif juga bersifat empiris, di mana pengamatan atas datanya didasarkan pada ungkapan subjek penelitian (Mulyana, 2013).

Peneliti menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce. Bagi Charles Sanders Peirce, prinsip dasar sifat tanda adalah sifat representatif dan interpretatif. Semiotika merupakan suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama dari tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek dan interpretan.

Hasil:
Hasil dari penelitian ini terdapat 3 aspek yaitu self-love sebagai cinta lembut untuk diri sendiri yang berfokus kepada penanaman, perawatan, dan pengembangan diri sendiri. Self-love sebagai keadaan apresiasi terhadap diri sendiri yang bersifat dinamis, yaitu tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual diri. Self-love sebagai perasaan nyaman dan kemampuan menyisihkan waktu untuk mengasuh diri sendiri.

Jurnal 18

Judul: Semiotic Analysis: Social Critics Towards Government Depicted in the Songs of Marjinal Band

Penulis:

Lambok Hermanto Sihombing
Aldy Marcelino Letwory
Fedra Shopia Floriana
Teori yang digunakan: Teori Semiotik dari Ferdinand De Saussure. Saussure (Budiman, 2011) conceptualizes semiotics with a linguistic approach. Peneliti menerapkan Teori Semiotik ini untuk melihat kritik sosial yang terdapat dalam lirik lagu Hukum Rimba dan Buruh Tani.

Metode:

- Menggunakan data sekunder dari berbagai platform digital seperti website dan YouTube.
- Mengumpulkan sumber tentang lagu Hukum Rimba dan Buruh Tani.
- Mencari video kedua lagu tersebut di YouTube.
- Menganalisis lirik lagu menggunakan Teori Semiotik Ferdinand de Saussure.
-
Hasil penelitian:
Dari lagu Hukum Rimba dan Buruh Tani, terinterpretasikan bahwa orang yang memiliki uang dan kekuasaan akan terhindar dari hukum, sedangkan orang miskin akan selalu tertindas oleh hukum. Keduanya mengandung kritik terhadap pemerintah yang masih didominasi oleh elit dan tidak adil kepada rakyat kecil.

Jurnal 19

Judul :
Analisis Semiotika Makna Kasih Sayang Pada Lirik Lagu "Ayah" Karya Rinto Harahap

Penulis :
Perindo Estrada, Indrawati, Lena Marianti

Teori :
Teori analisis Roland Barthes yang dikenal dengan teori analisis menggunakan tanda: denotasi, konotasi, dan mitos.

Denotasi:

"Biarkan aku menyanyikan lagu ini untukmu" = Sang anak ingin menyanyikan lagu ini khusus untuk ayahnya
Konotasi:

Lagu ini merupakan ungkapan kerinduan mendalam sang anak yang tak pernah bertemu ayah
Menyanyikan lagu ini diharapkan dapat menyampaikan perasaan rindu sang anak
Mitos:

Kerinduan yang mendalam terhadap sosok ayah mencerminkan pentingnya kasih sayang seorang ayah bagi anak
Harapan untuk bertemu kembali dengan ayah mengarah pada pandangan bahwa keluarga utuh penting bagi anak
Denotasi:

"Bumi hangus terguncang tanahku hampa tak bertepi" = Sang anak kehilangan dan kesepian tanpa sosok ayah
Konotasi:

Kesepian dan kerinduan akan sosok ayah seperti kehilangan sesuatu yang berharga
Sosok ayah seperti pegangan hidup bagi sang anak
Mitos:

Kebutuhan akan kasih sayang dan jati diri seorang anak terpenuhi lewat hadirnya sosok ayah
Pentingnya peran ayah dalam pembentukan karakter dan jati diri seorang anak

Metode :
Metode kualitatif dengan menganalisis makna kasih sayang yang terdapat dalam lirik lagu "Ayah" karya Rinto Harahap berdasarkan teori Roland Barthes.

Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat makna kasih sayang seorang anak akan kerinduan terhadap sosok ayahnya yang tidak diketahui keberadaannya. Kerinduan ini dituangkan dalam lirik lagu "Ayah" dimana sang anak mengharapkan ayahnya dapat mendengarkan lagu ini dan mengetahui rasa rindunya untuk mengenang masa lalu bersama yang tak dapat dirasakan lagi. Sang anak sangat mengharapkan dapat dipertemukan lagi dengan ayahnya.

Jurnal 20

Judul: Komunikasi Ideologi Band Indie Melalui Desain Cover Album Studi Kasus: The S.I.G.I.T.

Penulis: Yosua Reydo Respati

Teori :

Semiotika
Semiotika digunakan untuk menganalisis tingkatan makna tanda yang terdapat pada desain cover album The S.I.G.I.T. Ada 3 tingkatan makna menurut semiotika, yaitu:

Denotasi: Makna harfiah dari suatu tanda. Contoh denotasi pada cover album adalah logo band yang menunjukkan identitas band secara harfiah.
Konotasi: Makna simbolis dan asosiatif dari suatu tanda. Contoh konotasi warna hitam pada cover album bisa melambangkan keseriusan atau kreativitas.
Mitos: Makna ideologis dari suatu tanda yang lebih kompleks. Contoh mitos yang dapat ditafsirkan dari desain cover album adalah ideologi kebebasan berekspresi musikal.
Kajian subkultur dan band indie
Teori ini digunakan untuk memahami konteks band indie The S.I.G.I.T. sebagai bagian dari subkultur yang berupaya memberikan alternatif dan menentang arus budaya dominan.

Metode :

Studi kasus dengan obyek penelitian desain cover album The S.I.G.I.T.
Contoh: Peneliti memfokuskan analisis pada cover album tertentu The S.I.G.I.T.

Analisis semiotika untuk menemukan struktur dan tingkatan makna tanda.
Contoh: Interpretasi dan makna konotatif warna hitam dan tipografi yang digunakan.

Deskripsi dan interpretasi elemen visual seperti warna, tipografi, ilustrasi.
Contoh: Deskripsi tipe huruf yang digunakan pada cover album.

Hasil :

Berdasarkan analisis, ditemukan ideologi seperti idealisme bermusik di luar arus mainstream dikomunikasikan The S.I.G.I.T. melalui desain cover albumnya.

Contoh: Penggunaan ilustrasi abstrak dan warna gelap pada cover album mengkomunikasikan idealisme kreativitas dan bermusik yang bebas.








Komentar

Postingan Populer